Ikuti Ganjar, Noven Tak Takut Lagi Matikan Api LPG Bocor

By Admin


nusakini.com-Demak – Novensia Anouw tak pernah menyangka bakal dapat kesempatan langka saat mengikuti pelatihan penanganan kebencanaan di SMAN 2 Demak, Rabu (27/2). Pasalnya, dia diajari langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk memadamkan api dari tabung gas yang bocor. 

Novensia Anouw yang berasal dari Dogiyai, Papua itu, belum genap satu tahun belajar di SMAN 2 Demak, dan kini duduk di kelas X. Bersama rekan-rekannya, dia mendapat pelatihan penanganan bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Palang Merah Indonesia (PMI). Salah satu materinya, pemadaman api dari tabung gas bocor. 

Novensia beruntung mendapat giliran praktik pemadaman itu. Setelah mendapat arahan dari petugas BPBD, mula-mula dia canggung menggerakkan jari telunjuknya untuk menutup katup tabung gas. Karena ragu, api tetap menyembur dan hampir mengenai jari telunjuknya. 

Melihat Noven yang ketakutan, namun instruktur menyakinkan jika dilakukan dengan benar tidak akan merasakan panas karena ada celah antara gas dan api, membuat Ganjar penasaran. Dia pun mendekati, langsung mencoba, dan berhasil. 

Kemudian gubernur menenangkan Noven. Sambil mengajak Noven jongkok, Ganjar mengatakan jari telunjuk harus digerakkan sekali dan jangan sampai meleset dari lubang katup gas. Bahkan Ganjar pun tak ragu ketika memberi contoh. Melihat aksi suami Siti Atikoh tersebut, Noven pun dengan mantap menutupkan jari telunjuk ke lubang katup dan berhasil melakukan aksinya. 

“Awalnya sangat takut melihat api menyembur dari tabung gas. Takut meledak. Tapi setelah mendengar penjelasan Pak Ganjar dan melihat aksinya, jadi tidak takut,” kata Noven. 

Pelatihan penanganan kebencanaan di sekolah memang tengah dikencangkan oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Harapannya, memberi penyadaran penanggulangan bencana sedini mungkin. Karena Jateng, oleh Ganjar disebut sebagai supermarket bencana. 

“Saya mencoba menerjemahkan tanpa menunggu apa yang diperintahkan Presiden Jokowi bahwa kebencanaan dimasukkan ke kurikulum. Kalau kita menunggu diubah dan dimasukkan ke kurikulum, kelamaan,” paparnya. 

Dalam satu tahun, kata Ganjar, siswa SMA dan SMK di Jateng bakal menerima pelatihan kebencanaan minimal satu tahun dua kali. Setidaknya, upaya tersebut mampu meminimalisasi korban jika sewaktu-waktu bencana melanda. 

“Diharapkan pembekalan pengetahuan kesiap-siagaan mampu meminimalisasi korban. Ini momentum untuk inspirasi bagi siswa pendidikan kebencanaan bisa dilakukan dengan cepat dan sederhana,” ungkapnya.(p/ab)